Sajama Cut: Habis Godsigma Terbitlah Cowabunga
21.07.2025

 

Lewat Cowabunga, mereka membiarkan kita menafsir bebas dan menemukan kilasan keindahan di sela-sela sialnya hidup

Sajama Cut, menabrak angka 26 tahun eksistensi dan melahirkan album keenam di 2025: Cowabunga. Lewat album ini, mereka berdaulat menjadi manusia yang rela jungkir balik di dunia penuh ketidakadilan – ngeyel terus bertahan.


"Cowabunga itu versi "super saiyan" dari Godsigma," terang Marcel. Berbicara musik, cetak biru album Godsigma sepertinya membawa pencerahan bagi mereka, dan tentu saja – membawa Sajama Cut, bertemu dengan para Cults (sebutan untuk penggemar Sajama Cut) di era sekarang.



Jika Godsigma itu kitab suci penuh footnote yang harus dibaca berkali-kali, agaknya, Cowabunga adalah terjemahan bebasnya, dengan pukulan lirik yang sekali kena langsung paham.


Track pembuka, "Homili / Menatap Wajah Tuhan" mengajak kita merayakan derita seperti Buddha. Lantas menjelma renik era post-punk dalam lagu "Kita Terbuat Dari Puing dan Tangisan". Kemudian, "Di Masa Depan Kita Tak Lagi Bermimpi" adalah ode tentang masa muda, pesta mabuk, ekstase conga menelusup dalam sinema Wim Wenders dan Koreeda. 


Menjadi menarik, “Thee Kian Wie (戴建偉) Ku Temui Mu Di Altar Kedamaian,” adalah tribute buat almarhum ayah Marcel, ekonom legendaris yang jadi semacam surat dari anak kepada ayah atau siapapun yang mengajari kita arti hidup sederhana.



Ada 9 track dalam Cowabunga yang diakhiri dengan siklus eksistensial paling lengkap: kehilangan cinta di lagu "Tak Kutemukan Lagi Apa Yang Dapat Dicintai Dari Hidup Ini” – dengan kutipan Sartre, “Neraka adalah orang lain”. Sampai klimaks epik di "Telah Kutemukan Lagi Apa Yang Dapat Dicintai Dari Hidup Ini" dengan tiga babak, dimana kebenaran sejati adalah penerimaan.


Cowabunga, surat cinta bagi orang-orang yang bangga hidupnya berantakan tapi nggak mau kalah. Mereka, seperti merangkul kekacauan dengan sepenuh dada, lalu mengajak kita mengulang hidup – asal ada kawan di sebelah. Lewat Cowabunga, mereka membiarkan kita menafsir bebas dan menemukan kilasan keindahan di sela-sela sialnya hidup.